Diseminasi Informasi oleh Remaja: Solusi Sehat Bereproduksi
Setelah
menelaah siapa yang pantas dalam melakukan gerakan penyadaran remaja dari masalah kesehatan kesehatan reproduksi, selanjutnya
tentu haruslah dipikirkan bagaimana pergerakan tersebut dapat efektif dan
berdayaguna. Dalam hal ini, Penulis ingin memberikan sebuah ide pergerakan yang
terinspirasi dari program promosi kesehatan dalam bentuk penyampaian informasi
seluas-luasnya. Ada beberapa aksi pergerakan diseminasi informasi yang hendak
dipaparkan; pergerakan pertama
mengajak para pelajar tingkat
menengah ke atas untuk melakukan peer-education
(pendidikan sebaya) kepada teman sekelas ataupun adik-adik kelasnya. Informasi
yang disampaikan lebih kepada kesehatan reproduksi,
pencegahan IMS, HIV/AIDS, Narkoba dan seks bebas yang berkaitan dengan remaja dan seberapa penting
pemeliharaannya. Secara konkrit, pelajar yang berada pada kelas paling atas
dipilih beberapa orang (misalkan tigapuluh orang) yang didik dan dikader
terlebih dahulu baik oleh guru maupun tenaga kesehatan mengenai kesehatan
reproduksi. Kemudian, setiap individu dari kelompok tersebut menjadi
peer-edukator untuk adik kelasnya yang berjumlah 2-3 orang. Peer-edukator
memiliki tanggung jawab mengadakan diskusi rutin terhadap client-nya perihal hal-hal sederhana berkaitan dengan kesehatan
reproduksi. Sistem ini tentunya diharapkan bisa berlanjut secara kontinu setiap
tahun ajar berganti.
Peer
education merupakan strategi promosi kesehatan dalam penanggulangan
penyakit HIV/AIDS. Peer educator atau pendidik teman sebaya secara
khusus mengikuti pelatihan sebagai bekal sehingga dapat
mempengaruhi
perubahan perilaku anggota kelompok mereka. Peer education merupakan
konsep yang mengacu pada pendekatan, menggali suatu komunitas, dan
metode yang dikembangkan dalam satu kelompok yang memiliki kedudukan sama antar
anggota terutama berdasarkan umur, status atau nilai/kelas (Horizon, Tanpa
tahun). Berdasarkan hasil penerapan strategi metode pendidik sebaya yang
dilakukan YPI 1993-1996, disimpulkan bahwa siswa remaja lebih sering berbicara
tentang remaja, kesehatan reproduksi maupun HIV/AIDS diantara mereka saja
(Sulaimanzen, 2007).
peer-education, solusi belajar remaja
Aksi selanjutnya
berlandaskan pada perkembangan
teknologi yang semakin pesat membuat pemuda dan setiap orang menjalin
komunikasi secara online. Ide daripada pergerakan ini adalah pada sistem jejaring sosial yang
digandrungi oleh banyak remaja dan banyak orang. Bisa dibayangkan seberapa
cepatnya jika satu orang cukup mencari tiga orang untuk bisa bergabung dalam
suatu group, blog, atau media informasi online
lainnya yang secara khusus mendukung pergerakan anti aborsi, narkoba, dan seks bebas juga sebagai ajang saling bertukar informasi perihal
kesehatan reproduksi. Jika hal ini bisa dilakukan, bahkan dilegislasikan oleh
pemerintah, banyak pihak yang akan terlibat dalam pergerakan ini. Harapannya, social empowerment dan public awareness dapat mendarahdaging
pada setiap individu.
Web: Penyebar Informasi
Pergerakan
dapat dilakukan pula dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dapat
menarik kalangan masyarakat, memberikan support untuk menghindari berbagai
resiko kesehatan reproduksi. Diantaranya dengan melakukan kampanye sebagai
bentuk kepedulian, termasuk berpartisipasi aktif dalam event kepedulian
terhadap anak, remaja, dan kesehatan reproduksi untuk bisa memberdayakan remaja
yang belum peduli, berkolaborasi secara bersama-sama dalam sebuah tim, baik itu
pemerintah, LSM, kalangan swasta, akademisi dan yang terpenting kalangan
sebayanya. Termasuk juga mengadakan kegiatan dengan berkumpul bersama membuat
forum, kelompok donatur, diskusi publik dan remaja, seminar untuk
membagi-bagikan informasi positif serta ikut memeriahkan event yang ada
walaupun belum terasa geregetnya di masyarakat.
Bentuk
pergerakan dapat juga dijalankan di “tempat-tempat tongkrong”. Tak ayal lagi jika tempat-tempat kuliner seperti warung,
restoran, dan lain sebagainya menjadi media pengumpul massa. Hal ini menjadi landasan pemikiran bahwa pergerakan
ini cukup ampuh dipakai sebagai
media diseminasi informasi berkaitan dengan pentingnya menyelamatkan remaja Indonesia dari kematian akibat kesehatan
reproduksi yang tidak baik.
Selain menawarkan produk makanan, para pedagang ataupun perusahaan juga
menyampaikan informasi menarik berisikan tentang kampanye anti
aborsi,
narkoba dan seks bebas
dalam bentuk gambar bergerak, poster ataupun leaflet yang dibagikan kepada customers secara cuma-cuma.
Penyebaran
informasi ini pun bisa dilakukan oleh distributor yang menyampaikan produk
secara door to door. Aksi ini dinilai
baik khususnya bagi orang tua, anak-anak muda yang sering nongkrong di tempat makan, dan tentunya para masyarakat secara
umum.
door to door
Pengemasan
informasi juga ikut andil dalam meningkatkan keberhasilan diseminasi
informasi tersebut. Konten
daripada informasi seyogyanya terdiri dari statistik morbiditas dan mortalitas akibat
HIV/AIDS,
narkoba, seks bebas dan penyakit IMS, kampanye tidak berhubungan sex bebas, ajakan untuk menggunakan alat
kontrasepsi ketika berhubungan, dorongan untuk saling memberikan pendidikan dan
informasi mengenai kesehatan reproduksi, serta informasi penting lainnya yang
kesemuanya diracik dan dipaket semenarik mungkin serta disesuaikan dengan
sasaran.
Pada akhirnya,
diharapkan pergerakan yang dikemudikan oleh para tulang punggung bangsa ini
sedikit bahkan signifikan mengurangi beban pemerintah dalam penanggulangan
kasus kesehatan
reproduksi yang marak di kalangan masyarakat ini. Oleh karena itu, simbiosis
mutualisme mahasiswa, kaum pelajar, dan aliansi pemuda dengan pemerintah
sangat niscaya harus terjalin secara kuat, solid, bergandengan serta bebas dari
pelbagai kepentingan “tidak penting”.
Komentar
Posting Komentar