NHW #10 Membangun Komunitas, Membangun Peradaban


It takes a Village to raise a CHILD 

Perlu orang sekampung untuk membesarkan anak, demikian pepatah dari bangsa Afrika.

Sudah menjadi hobi Saya untuk selalu aktif di organisasi semenjak masih berada di bangku sekolah SD. Dulu Saya ditunjuk sebagai sekretaris kelas. Kemudian di Tsanawiyyah Saya ditunjuk menjadi leader di berbagai kesempatan, salah satunya menjadi ketua PASIS (Pasukan Istimewa) Pramuka di sekolah. Pun di Aliyah, Saya ditunjuk menjadi ketua OPPMA putri, senada dengan OSIS kalau di SMA. Lanjut saat kuliah, Saya menjadi Menteri Departemen Sosial di BEM Fakultas. 

Alhamdulillah berorganisasi adalah jiwa Saya. Rasanya ada yang kurang jika tidak beraktivitas, bersosialisasi dan memberikan kontribusi. Saat ini pun, setelah menikah, Saya masih senang untuk berkomunitas. Saya adalah perantau, tapi alhamdulillah jika dibandingkan denga penduduk asli di sini mungkin Saya termasuk orang yang sudah menjelajah ke seluruh pelosok Garut. Saya pernah bekerja di lembaga sosial Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera di BKKBN kota dengan status pengabdian, hanya digaji seadanya, tapi Saya sungguh menikmati pekerjaan ini, Saya memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bagaimana membangun keluarga sejahtera, sharing tentang kesehatan, agama dan lain-lain. Selain itu Saya juga aktif dalam organisasi kepemudian di suatu ormas Islam di Garut.



Aksi Bela Ulama

Hingga suatu ketika Saya bertemu dengan komunitas Ibu Profesional Garut. Saya mengenal komunitas ini dari teman-teman pesantren suami yang berdomisili di Garut. Bersyukur Saya dipertemukan dengan komunitas ini, menjadikan Saya memiliki banyak relasi dan saudara sevisi. Saya mengikuti matrikulasi Batch #3, dan baru benar-benar mengenal Ibu Profesional Garut ketika Saya diwisuda. Semakin tertarik lah Saya untuk bergabung dengan IP Garut. Aha! Ada ladang untuk bersosialisasi ini, terlebih untuk masalah parenting.

Saya bergabung pada kepanitiaan acara 'Workshop Mendongeng'. Saya mengajukan diri untuk menjadi bagian pubdekdok, DI tengah perjalanan kepanitiaan, terkadang Saya merasa banyak tantangan. Beda sekali atmosfernya dengan organisasi ketika kuliah dulu. Dulu waktu kuliah kumpul dengan semua panitia itu sangat dimungkinkan, tapi tidak untuk sekarang, yang anggotanya ibu-ibu. Panitia ada 10-12 yang datang untuk rapat hanya 4-5 orang saja. Waaah, ternyata begini nih dinamikanya. Terkadang pekerjaan jadi dilimpahkan kepada salah satu atau 2 orang teman saja dan saling mengandalkan, Sangat dimaklum sih, namanya juga ibu-ibu, kewajiban di rumah harus lebih diprioritaskan. 

Oh iya, tak jarang juga Saya menjadi cek cok dengan suami. Dia merasa bahwa keterlibatan Saya dalam kepanitiaan itu hanya membuat kesibukan Saya bertambah, terkadang anak dan suami terabai, Hiks. Betapa sedih Saya waktu itu Saya belum bisa mengatur waktu dengan baik, malah terkadang Saya jadi mengandalkan ke suami untuk urusan desain mendesain perlengkapan acara. Semakin lah beliau merasa Saya malah menambah pekerjaan saja, 

Lama kelamaan Saya berusaha menikmati dan memaklumi hal ini, wajarlah komunitas yang isinya ibu-ibu kadang ada saja kendalanya, walau begitu Saya sangat salut dengan teman-teman yang berhasil meluangkan waktunya untuk ummat. 

Alhamdulillah 1 bulan yang lalu adalah masa titik balik, dimana yang tadinya suami agak tidak setuju dengan keaktifan Saya di organisasi, justru sekarang mendukung penuh. Ya, Saya terlibat dalam kepanitiaan Seminar Parenting Abah Ihsan, kami berhasil mendatangkan 100 lebih peserta, termasuk suami Saya. Suami yang tadinya ogah-ogahan, setelah 2 hari berubah drastis. Dengan bangga beliau menyatakan bahwa Saya adalah istri hebat. Bisa tetap mengerjakan kewajiban terhadap keluarga dan juga bisa aktif di luar rumah, memberikan pencerahan dan kontribusi untuk masyarakat.

Saat ini, Saya diamanahi sebagai manajer keuangan kota. Awalnya Saya kaget ditunjuk begitu saja oleh leader. Jujur Saya jarang mendapatkan posisi ini, Dari dulu Saya lebih banyak menjadi konseptor acara, mungkin lebih pasnya kalau Saya menjadi manager online atau offline. Tapi waktu itu tanpa pikir panjang Saya mengiyakan tawaran leader, dengan harapan Saya bisa menjalankan amanah dengan baik, bisa belajar memanage keuangan dalam scope yang lebih besar. Belajar akuntansi keuangan, ketelitian, dll. Saya yakin Allah telah memberikan amanah ini tidak mungkin tanpa hikmah.


Bismillah, insya Allah Saya akan menjalankan amanah ini dengan baik. Saya akan merapikan keuangan komunitas, menambah kontribusi pemasukan, memanage uang dengan baik, Tahun depan target Saya keuangan dan administrasi lebih rapi, uang kas lebih banyak dari sebelumnya, hehe.


Garut, 03 April 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertahanan Nasional vs Ketahanan Nasional

EAT THAT FROG: Cara Dahsyat Mencapai Hasil Lebih Banyak dengan Bekerja Lebih Sedikit

Pneumonia: Bahaya, Pencegahan dan Pengobatannya