Surat Rinduku..

Dear...
Untuk  nama yang selalu tertanam dalam di hati ini, perkenankan aku mengungkap ini dalam kebisuan. Dalam tulisan yang tak terucap dengan lisan.
Dihantarkannya sepucuk surat ini, karena  kuperbolehkan ia bernyanyi dihadapanmu untuk membuka segalanya setelah sekian lama aku simpan. Karena sebelum ini aku tak berani. Aku tak tahan lagi mengumpat hanya dalam hati. Kau mungkin tahu aku termasuk orang yang tertutup. Jarang sekali aku bercerita tentang apa yang aku rasakan kepada teman-temanku. Maka  jika kau cari sepotong hatiku berada dimana kutahu kau akan kesulitan mencarinya.
Aku  selalu menyimpan sejuta rasa yang pernah mampir pada bilik hatiku ini dengan rapi, termasuk rasa cintaku padamu. Pada akhirnya aku selalu menangis saat rindu ingin bertemu. Ingatkah saat kau sapa aku di pagi hari dengan kata mutiara yang kau kirim? “jika kamu tak tersibukkan dengan hal-hal yang baik maka kamu akan tersibukkan dengan hal-hal yang buruk. Hey...selamat pagi..” . Kau kirim itu saat aku sedang berada didalam kelas. Mata Pelajaran Biologi waktu itu. Kuabaikan kata mutiara itu saat mataku segera menangkap sapaan hangatmu. Kujawab sapaanmu yang lembut. Entah mengapa air mata ini mengalir. Dan semakin deras saat kau balas balasan smsku. Setengah tahun kita tak bertatap muka semenjak perpisahan di terminal itu. Dan sudah beberapa bulan ini kau off dari inbox hapeku. Aku tak tahan dan kemudian segera berlari keluar kelas menghindar pertanyaan dosen “mengapa kamu menangis?”. Andai kau tahu,  saat itu yang kuinginkan adalah menyatakan rinduku padamu. Namun lagi-lagi aku terhalang oleh sifat tertutupku. Seringkali aku merasa cemas jikalau nanti pada akhirnya kau tak akan pernah mengerti apa yang aku rasakan selama ini.
 Beberapa  bulan setelah tangisanku waktu itu, lagi-lagi kita vakum tak berbagi kabar. Aku mulai berfikir.  Satu hal yang perlu kau tahu, kian lama aku mulai menikmati pendaman cinta yang kian hari membawakan     tunas rindu dalam kalbu. Sakit itu hanya terasa sebentar saja saat kulihat itu sebagai suatu karunia karena aku merasakan cinta, aku sangat mensyukurinya dan tak akan pernah menyesali itu. Dan aku tak lagi mencemaskan ketertutupan yang kusandang selama ini, sekali pun terkadang rasa itu membuat luka, perih.

Aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan. Aku hanya bisa mengetahui kabarmu dari seorang teman.
Dear.. I MISS YOU..


PIM Jakarta, 31 Maret 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertahanan Nasional vs Ketahanan Nasional

EAT THAT FROG: Cara Dahsyat Mencapai Hasil Lebih Banyak dengan Bekerja Lebih Sedikit

Pneumonia: Bahaya, Pencegahan dan Pengobatannya